Monday, December 3

JALAN ORANG

Senin, 3 Desember 2007

+ Jadi adek-adek ini nggak bisa nyetir?
++ Belum bisa, pak…bukan nggak bisa…

Ternyata orang ini menyimak ‘pembicaraan keluarga’ aku dan adikku tentang semua perempuan dalam satu rumpun kekerabatan darah yang tidak bisa menyetir.

+ Gampang dek…saya kasih tau kuncinya ya.
++ Bapak udah lama nyetir?

Jangan terlalu gampang percaya dengan orang asing, kan?

+ Wah saya udah 13 tahun nyetir taksi, neng. Dan dengan kunci ini, alhamdulilah saya nggak pernah kecelakaan. Pokoknya saya mah jauh lah neng dari kecelakaan.

Wow, pasti ini kunci ajaib.

++ Emang kunciannya gimana tuh pak?
+ Anak-anak saya 3 orang pokoknya saya kasih kunci ini juga…alhamdullilah nggak pernah kecelakaan.

Dia denger nggak sih.

++ Kuncinya apa dong?
+ Pokoknya mah neng, jangan ambil JALAN ORANG.

Kuncinyaaaaaaaaaaaaaa.

++ Pak, ya kuncinya apa dong tuuuh?
+ Ya itu neng…jangan ambil JALAN ORANG.

Owh? Salah sendiri intonasi kalimatnya nggak jelas. Tapi…

++ Maksudnya jangan ambil rejeki orang?
+ Bukaaaan…gini nih neng…ini kan ada garis pembatas tengah jalan. Naaa, neng harus tetap di jalan neng, JALANnya KITA…jangan ambil JALAN ORANG kayak begini (sambil memperagakan mobil jadi sedikit melenceng ke kanan).

Hmmm. Hm? Dan dia tetap melanjutkan.

+ Kalo ngambil JALAN ORANG mah…pasti rawan kecelakaan. Jangan mentang-mentang sepi, terus ngerasa mobil kita boleh di tengah. Apalagi kalo kita mo belok kayak gini. Jangan sekali-sekali, neeeeng…bapak mah kasih tau aja.

Kami pun berbelok ke kanan. Satu belokan terakhir lagi ke kiri akan mengantarkan aku dan adikku ke tempat tujuan.

+ Keliatannya sih sepi ya neng. Padahal mana tau kalo nanti tiba-tiba ada mobil ato motor dari depan. Bahaya pisan.
Pokoknya mah tetap di JALAN KITA aja, jangan ambil JALAN ORANG.
++ Kalo kita nggak ambil jalan orang, tapi orang yang seenaknya ambil jalan kita, gimana dong?
+ Itu mah gampang. Tinggal banting setir dikiiit aja ke kiri jalan, pasti kita lepas dari bahaya. Yang penting kita tetap di JALAN KITA. Neng mau ngebut juga terserah, yang penting jangan ambil JALAN ORANG.
Cewek-cewek sekarang teh senengnya ngebut-ngebut. Kemaren bapak aja sampe kaget, ada 6 mobil bereretan kebut-kebutan. Cewek semua, neng! Gapapa lah. Asal itu ajalah neng, nggak ambil JALAN ORANG. Dan tetap hati-hati.

Kami lalu berbelok ke kiri. Melewati beberapa rumah dan akhirnya sampai di tempat yang dituju.

++ Ini pak. Kembaliannya biar aja. Nuhun pisan pak.
+ Iya neng. Sama-sama.

Entah berapa kali dia menyebutkan ‘JALAN KITA’ dan ‘JALAN ORANG’. Tetap di 'jalan kita'…jangan ambil 'jalan orang'. Dan entah mengapa, aku merasakan bahwa dia sebenarnya TIDAK SEDANG BERBICARA tentang SEBUAH KUNCI untuk menyetir. Entahlah.

Friday, November 23

THE UNFINISHED BUSINESS

Trace your life back.
How many unfinished business u have?

Beberapa diantaranya perlu benar-benar diselesaikan. Beberapa lagi mungkin tidak. Tapi mungkin gara-gara ada beberapa celah di kepala yang sudah tidak begitu dibutuhkan untuk urusan sehari-hari karena sudah otomatis terpola…atau mungkin seiring dengan banyaknya celah bersisa karena banyaknya waktu yang dimiliki sekarang…atau justru karena kubikel otak terlalu jenuh berjejal sehingga menciptakan gelembung baru yang minta diisi, karena itu seseorang lalu bisa saja tiba-tiba punya keinginan besar mengisi celah atau gelembung itu untuk sekedar merapikan-sambil siapa tahu menemukan petualangan dalam-some of unfinished business.

Well, trying to swing from extreme to extreme for something we call answer or proving. Spending so much energy to fulfil a piece-little fact big effect-of neverending curiosity. Let’s see what you can come up with.

Ryo Ardhana
26-04-07 03:25
Feel like wanna stop the time for running…Anyway it was a great conversation that we had just now. Sleep tight Pink…

Pinkan
26-04-07 03:30
It was not only great, it was the greatest conv i’ve ever had..thx a lot ry..and keep ‘wondering’ about what u’ve just asked..ego cewek..hehe..sleep tight too

Ryo Ardhana
26-04-07 03:31
Hahahahahaha with no doubt… I will…

Tiga sms penutup sebelum tidur yang bikin susah tidur. Cukup 3 sms itu saja bisa menyempurnakan (how complicated) my day (was) untuk membayar sebuah rasa penasaran. Sebuah rasa penasaran yang diisi dengan 3 jam ‘ngegotik’ (ngobrol and ngupi-ngupi cantik halahhhh)…yang ternyata tidak cantik juga, karena malam itu tidak sedang berusaha (keras seperti biasanya) untuk terlihat cantik. Greatest conversation, setidaknya itu ungkapan jujur. It was the greatest conversation…that unfortunately created greatest tsunami in my head (and heart, definitely). I don’t think I can do it again next time, with my other unfinished things.

Berawal di suatu sore…urus-urus setumpuk administrasi kerjaan ampe murus-murus…ngulik dana pendidikan untuk masa depan beberapa anak dari sebuah keluarga muda…itung-itung dana pensiun dari 12 karyawan sebuah perusahaan kecil yang baru berkembang…presentasi bisnis dengan seorang teman…meeting dengan client lain dari luar kota…tanpa terasa setengah 10 malam. Exhausted. Tapi puas…semua berjalan lancar…berasa pinter dan tegar mengalahkan kerasnya ibukota, plus sanggup menguasai permainan hidup…hehe berlebihan abesss.

Sampai rumah…tawaran makan (kelewat) malam sop kambing di roxy kayaknya bakal bikin sempurna hari ini. Thanks to Deya…mahluk kos yang penjelajah wisata kuliner di jam-jam enggak lazim. And thanks to Bebe. Yang selalu mengiyakan segala bentuk ajakan baik lazim atau tak lazim di jam-jam nggak lazim. Punya 2 jenis teman seperti itu bakal nggak akan masalah untuk beraktivitas apapun-kapanpun-dimanapun, apalagi untuk sekedar mencari makan. Kalo sudah tidak ada mereka berdua di dunia ini, mungkin aku akan mulai berteman dengan Teh Botol.

Urusan kerja nggak masalah, urusan makan nggak masalah, tiba-tiba hidup gue kedatangan yang entah namanya masalah atau apa…lewat 1 panggilan telpon dari ‘teman’ lama yang sebenarnya sudah entah dimana kabarnya. Hasilnya?

Percakapan segi empat di salahsatu café 24 jam hasil janjian lewat panggilan telpon tadi sebenarnya berjalan cukup lancar. ‘Basa-basi bergembira’ terlaksana dalam suasana sempurna.

“Jadi selain gw, lu ga pernah punya cerita lagi ama anak teknik?”

Nahhh…kayaknya masalah atau apapun itu dimulai dari pertanyaan ini. Dua orang (yang tadinya) partner makan sop kambing langsung menganalisa semua makna dan maksud di balik pertanyaan itu dengan otak mereka (yang kayaknya sih sebenarnya sama aja kecilnya ama punya gw…tapi cukup cepat untuk berkesimpulan) sehingga dengan penuh pengertian mereka pun pasang muka capek dan ngantuk dan cabut…membiarkan aku berdua saja ngobrol dengan sang penelpon di tempat ngopi ini, dengan 1 botol bir dihadapannya…(loh?)

Ryo Ardhana. Sekali lagi, ini adalah “teman” lama. Wajar kalo terlalu banyak yang mau saling diceritakan. Setidaknya itu yang terlintas di kepalaku kenapa merelakan diri untuk tinggal ngobrol lebih lama di tempat ini. Tiba-tiba satu titik dari berbelas-belas…eh berpuluh-puluh…nope, satu dari beratus-ratus ribu titik lainnya di hati ini yang tadinya tak terlihat mulai menunjukkan sinyal ‘on’ dengan warna hijau terang yang menyala. Titik hijau yang keciiiiiillll tapi benderang dari titik lainnya. Titik hijau yang tampaknya tidak akan bereaksi kalo pun dipencet berkali-kali. Hopefully.

BEBE
26-04-07 00:44
Eh,pink, ada warung kuning dpn ohlala yg buka 24jam, utk beli “sarung”…(kata deya looh) hehehe bcanda…Wajah mirip lw,jeng ;D

Oke. Bebe dan Deya mulai mengeluarkan isi kepala mereka sembari pulang. Aku mulai membayangkan apa saja yang jadi obrolan mereka sepanjang perjalanan pulang tentang orang di hadapanku ini.

“Dasar…nih, otak temen2 gw…geblek yak.. hehe” kataku menceritakan isi sms itu, tentunya tanpa menambahkan kata-kata ‘wajah mirip lw’-nya. Aku cuma tidak mau dia berpikir lebih. Kata-kata itu juga yang dulu pernah dilontarkan seisi dunia saat orang di depanku ini pernah memasuki kehidupanku. Aku menatap kembali keindahan ‘gaun impian’ yang pernah sukses aku lupakan ini. ‘Gaun impian’ di etalase. Gaun yang bahkan semua orang di dunia ini sarankan untuk membeli, kecuali sang desainer. Karena cuma dia yang tahu kalo gaun ini meskipun sangat pas dengan ukuran tubuhku tapi tidak dia buat untuk aku, sehingga dia diam saja berharap aku mengerti sendiri. Gaun yang aku tahu akan membuatku terlihat seperti putri salju yang cantik, seolah sengaja dirancang untukku. Tapi akhirnya aku tersadar kalau harganya terlalu mahal, padahal belum tentu dapat sering aku gunakan. Untuk menghibur, aku lebih baik katakan kalau lemariku masih lebih terlalu bagus untuk diisi gaun itu. Entah apa yang membuat aku saat itu bisa bertahan untuk tidak menjadi impulsive buyer. Bukan karena aku benar-benar mengerti, hanya karena aku menahan diri.

“Wah, orang berasumsi karena apa yang mereka liat dan tangkap dengan mata atau telinga. Are you…ummm…???” dia membuyarkan nostalgiaku yang kunikmati sendiri.

Dan hey, itu pertanyaanku, tahu. Tapi yang keluar, “Ya ga laaahhhh. Ga tadinya, sampai sebelum mereka sms begitu. Hehe, kiddin…”

Oops, did I push the green button a little bit too hard? Nggak sengajaaaaa…sumpeeee. Keluar begitu aja. Obrolan berlanjut.

“Ingat nggak waktu atm gw ilang….terus ternyata kok bisa ada di dompet lu?”
“Gw inget kok kamar kos lu waktu kuliah dulu…turun tangga sebelah kanan…”
“Oh..asbak yin yang itu…ya ya ya…berarti cowok teknik itu sebelum lu kenal gw”
“Terakhir gw denger lu ama orang Jogja. Gw pikir baguslah. Didn’t work out?”
“So, now you’re free? Totally free as a bird?

Okeh….suasana ‘nostalgia’ berbalut ‘teman lama’ sudah mulai berasa lewat serentetan pertanyaan dan pernyataannya itu. Dan dalam banyak cerita, dia tampak JAUH LEBIH MENGINGAT DETAIL. Sementara, gw seperti biasa dalam banyak cerita reuni cuma bisa manggut-manggut sembari berkomentar: Masa?-Oh iya ya?-Oh my God, emang segitu berkesannya ya melakukan hal-hal bersama eke…hehe-serius gw pernah ngomong gitu?-dst-dst. Sampai akhirnya:

“Oya gue mo tanya sesuatu ama lu. Hmm, it’s kind of unfinished business with u. Etis gak ya gw tanya ini?” sembari sorot matanya terlihat menimbang-nimbang.

Yak…masalah atau apapun itu mulai terasa dekat.

“I think…I’ve ever said something to you……but your body language said no…was it true?”

“Hm?” Niat gue malam ini cuma mau berpartisipasi dalam obrolan nostalgia ringan masa-masa di Bandung…malah berakhir dengan terlalu banyak pengakuan…“I actually didn’t say no.” Ha, Thanks to my big mouth…yang ‘banci’ sharing dan presentasi…(aduhh, efek profesi). Ahhh, jawaban tadi terlalu cepat, terlalu cepat, terlalu cepaaaat. Terlalu spontan dan reaktif, nih. Next time, be responsive please. Not reactive. Okeh, sekalian aja mari kita masuki ajang pengakuan dosa. Kayaknya bakal seru juga. Tombol hijau di hati sepertinya mulai kedap-kedip, dan…membesarrrrrr??? You know, I’m always prepared to hear the truth. But then I realize that I’m hardly prepared to tell someone the truth. Jadi kenapa nggak untuk coba memulai malam ini? Seenggaknya kejujuran itu ‘kan menyehatkan jiwa. Jadilah obrolan malam itu lebih mengarah ke pengakuan dosa yang berantakan. ‘Ngegotik’ yang menguras hati dan logika.

DUANXXXXXXXX!!!!! Kepala mau pecah. Selalu begini kalau terlalu banyak informasi yang masuk ke otak gue bertubi-tubi (who’s not anyway?). Tapi, masalahnya ini bukan hanya informasi baru…setumpuk file yang udah lama terkubur dalam yang namanya ‘folder delta-alam bawah sadar” slash “recycle bin-tapi sayang untuk bener-bener dibuang” juga ikut di korek dan diobrak-abrik. Itulah si tombol hijau. Tombol kecil yang sekarang ternyata sudah sebesar kepala dan benar-benar pecahhhh. Di dalamnya terlihat gudang yang besar dan agak berantakan.

Hhhh…my oh my short memory sindrom…orang menyebutkan nama waktu baru kenalan aja bisa dalam 2 menit langsung otomatis masuk recycle bin otak gue kok, apalagi memory yang bertahun-tahun lalu? then u can imagine…

Jadi kalo semua nama dalam gudang slash recycle bin itu aja hanya bisa terlihat samar, apalagi nama-nama seperti Bonita, Patricia, Siska, Wichita, Okigawa, dan entahlah sederetan nama cantik lain dari perjalanan cintanya yang baru diceritakan, tidak terdengar begitu jelas lagi. Mahasiswi ampe pramugari….enam bulan ampe 4 tahun…apa ya itu…usia kehamilan atau umur kucing pun udah gak terdengar berarti.

Tapi kali ini sepertinya bukan sekedar karena masalah ingatan. Ini hasil dari si tombol hijau. Ahhh, toh yang penting adalah apa yang gw katakan sekarang, bukan yang sudah terjadi dan yang sudah dia ceritakan. Hhhhhh, meskipun isi kepala jadi berantakan…seenggaknya si gudang berantakan di hati udah sedikit di rapikan dan itu lebih melegakan.

Kenapa pengakuan seperti ini tidak dilakukan pada yang lain sebelum semuanya terlambat, ya? Sebelum ‘gaun indah’ lainnya sudah terbeli untuk dihadiahkan kepada oranglain. Beberapa nama bermunculan di kepala untuk juga diberi pengakuan dosa, yang pastinya saat aku melakukannya nanti sudah lebih bagus tertata. Hehe. Tapi…oops, apakah semuanya yang ada di list sudah terlambat? Ouch. Ok, back to this guy in front of me first. Kelarin aja dulu yang satu ini. Baru pikirin yang lain. Fokus, neeeeng. Now all I need to know, where this conversation is gonna bring me to.

“Ok, berarti saat itu gw bego ngga berusaha lebih keras, dan lu bego karena ngga ngeh-ngeh juga,” ia menarik kesimpulan dari semua pengakuanku. Kesimpulan yang sangat tepat di satu sisi, karena aku bener-bener tidak ‘ngeh’ seperti biasanya aku jika ada yang memberi sinyal-sinyal ajaib itu. Hggg, ini dia susahnya hidup di lingkungan pertemanan yang sangat-sangat ekspresif. Hal-hal biasa aja di tunjukkin berlebihan. Ya kata-kata, ya ekspresi, ya perbuatan. Dari yang semi ampe yang totally Drama Queen. Jadi saat ada seseorang dari luar sana yang tidak extremely expressive untuk nunjukkin bahwa ada sesuatu yang ‘lebih’, I just don’t notice. Not that I don’t want to. Emang nggak ngeh aja.” Tapi kesimpulannya tadi juga salah di sisi yang lain. Coz somehow… at that moment, I actually saw that we wouldn’t go anywhere. Gaun yang bukan untukku.

“Sadar nggak sih kita nggak pernah kontak fisik?” katanya tiba-tiba mengagetkanku dengan isi pertanyaannya, bukan karena ‘tiba-tiba’ nya. Here we go.

“Maksudnya?” aku pasti terdengar bodoh. At least keluar dengan mantap. Yang penting mantap dulu deh, ah. Masih jetlag nih.

“Ya kontak fisik….u know…” auuuchhh, mata itu tiba-tiba sangat familiar.

“Masa sih??? kayak: yuk makan… sambil gw gandeng lu gitu, masak ga pernah….???” Aku masih berusaha terlihat biasa untuk reaksi tidak biasa yang mulai kembali mengguncang si gudang.

“Ya bukan yang begitu…u knoowww…”

“Ohhh…ok. Ya iyalah ga pernah, kan kita nggak pernah pacaran.” Huahhh, asal dia tahu sampai detik ini aku masih mempelajari pola pikir orang-orang yang bisa melakukan hal itu tanpa komitmen. Masalahnya aku hanya tidak bisa mengerti. Belum, mungkin.

“ Ok ok, You know…I’m just curious if u dare to kiss me on my lips….”

GEDUBRAKKKK. Yak, si gudang yang tadinya rapi sekarang sudah hancur lebur. Setengah nggak jelas…(dan nggak percaya?) Aku mendengar pertanyaan itu sambil tanganku terus berusaha membuka gembok pagar rumah. Heyyy, gembok pagar ini biasanya sangat gampang dibuka!!!!! Tapi kenapa tiba-tiba jadi macet begini? Jari-jari tangan kananku dapat pengakuan otentik dari semua penghuni kos untuk dianggap ahli membuka gembok ini.

“Jangan grogi gitu, dong!”

“Huahauhahahaha, sial lu,” This time, I’m trying so so so hard not to become overly emotional. Stay rational. Stay rational. Stay rational.

“Gue tahu kalo lu bakal nyengir kuda kayak gitu…” katanya sambil mendekat berusaha membantu. Tidak tidak tidak, jangan dekat. I can’t stand of physical contacts. I’ll become very unraaaaaational!!! BRUKKK….gembok suksesssss terbuka. Manusia jika di bawah tekanan memang suka dapat pencerahan.

“So the answer is?”

“Hmm….hehe, no, for me is no. Sorry,” jawaban hampir mantap yang beradu pedang dengan rasa penasaran. At least terdengar mantap.

“Why?”

“For the sake of your wife” Iyalah….yang baru pacaran aja nggak pernah berani gw ganggu, apalagi yang udah komitmen lebih.

“Ok, so it’s for the sake of my wife, not becoz I’m a married man?”

Apa bedanya ya? But anyway…“Yesss” anggukan yang mantap. At least terlihat mantap. Tapi ini sepertinya beneran mantap. Reruntuhan gudang sudah beres, tampaknya. Tidak ada lagi sisanya. Kemana ya perginya. Tetapi memunculkan sensasi hebat. Karena kini mulai terpikir malah kalau orang ini tidak bersyukur apa ya? Istri dan anak perempuan cantik-cantik plus pekerjaan mapan ternyata masih nggak berhasil bikin orang memandang ke depan. Tapi sibuk ngurusin kliping nggak penting yang harusnya nggak perlu diselesaikan. Malah harusnya di buang aja. Karena isi klipingnya cuma kenangan gambar-gambar HP yang dulu pengen banget di beli dan sekarang toh udah nggak jaman. Dibuka-buka klipingnya terus jadi kepingin punya-siapa tau masih ada yang jual-sekedar buat disimpan sebagai koleksi. Seru aja buat ngisi waktu luang. Bisa jadi bahan obrolan guystalk pula.

“Well, gw juga berani nanya ini karena gw tau lu bakal bilang nggak…karena gw tau lu orang yang setia. Thanks ya. Nite nite.”

Dia berlalu. Daaaaammmmned. Terima kasih akal sehat. (Terdengar seperti intonasi iklan Tje Fuk di kepalaku.) Terima kasih sudah mau bekerja keras di jam 3 pagi ini. Terima kasih untuk berteguh pada pendirian yang dibangun bertahun-tahun, yang hampir berantakan karena ‘ujian prinsip hidup’ selevel S3 ini-emang S3 rasanya gimana siiiyy???? Thanks to a glass of coffee and lemon tea only. Meskipun godaan sebotol bir dingin melambai-lambai sepanjang obrolan di café. I just wanna stay sober tonite for the case like this!!!! Ini saja tidak teringat dengan jelas, bagaimana aku yang tadinya ngobrol di café bisa sampai di rumah. Kopi dan teh aja bisa semabok ini?

Sms. Nggak. Sms. Nggak. Sms. Nggak. Sms. Nggak. Aduh beserrr….pipis dulu ahh. Back to the bedroom. See, bersabar dong. Terpampang 1 sms. Bales 1 sms. Muncul 1 sms. Ok, 3 is enough. Sms penutup sebelum tidur yang bikin susah tidur. Tidak perlu dibalas lagi. Tidak perlu dibalas lagi. Tidak perlu dibalas lagi. Aku menguatkan hati.

Hhhhhhhh…..aku mengambil napas panjang untuk mengawinkan otak dengan oksigen. Beranak pinaklah mereka menghasilkan pikiran jernih yang lebih banyak. Mulai terpikir lagi kalau malam ini bukan sekedar masalah prinsip setia nggak setia. Kissing u on your lips? WOW DARLING, AT THE TIME I DO IT, YOU’RE DONE WITH YOUR UNFINISHED BUSINESS…BUT MINE THEN JUST STARTED…

FINITO. It supposed to be so. Darling, I’ll let your fantasy alive in what you call as your parallel world. And this super special-spicy-presto-ready to eat-yummy head to toe salmon will always be kept in a clearly seen-strong-hard to open tin…without letting you know further how hard it keep itself not to jump out to satisfy its awkwardly charming and tempting predator.

You’re not the first time. But, surely one of the hardest distraction to ignore. Hopefully, I’ve learned one higher level of this kind of game. Because there will always be another you for distraction. So, I guess…….it’s much more about a bunch of most men ego versus my lil’ one. Yes, that’s what it’s all about. WHAT A REAL UNFINISHED BUSINESS.


***









Epilogue:

Ryo Ardhana
26-04-07 05:15
“my woman, can we skip dating” GILAAA… honestly if it’s a short novel, i’ll give u award for it. Hehehe selain elo banget and it has great style of words that u used…

Bangun di jam setengah sembilan pagi dengan menemukan sms baru darinya membuat ego ku benar-benar menari…tapi otak dan hati kosong…tak tahu harus merasa apa…karenanya tidak tahu harus menjawab apa. Sampai akhirnya hampir satu setengah jam kemudian:

Pinkan
26-04-07 09:54
And now i think i just had my nxt story in mind about UNFINISHED BUSINESS huehehe

------

Thursday, November 22

KELUAR DI DALEM

(Rabu, 21 November 2007)

Latong  : Sebenarnya loe keluarin di dalam ato di luar siy?
Pinko    : Hmmm, di luar kayaknya…kok gw lupa ya?
      
Latong  : Kok bisa lupa? Gawat banget siy lo? Enaknya tuh keluar di dalem bo…kalo di luar, capek…
Pinko    : Semenjak diajarin yang bener…pas di dalem malah gw tahan-tahan…salah ya?
Gw masih belum menikmati siy…masih pake mikirrrrr tiap gerakannya…
Tapi seenggak-enggaknya, setelah tau yang bener, gw nggak nyangka bisa selama en setahan itu…gila deh…
Ah, jadi nggak sabar ketemuan lagi minggu depan…mudahan udah nggak pake mikir…udah lebih enjoy…dan bisa keluarin di dalem…pasti lebih dahsyat…

Latong  : Tapi gaya loe dah lebih mendingan kok…
Pinko    : Oya? jadi malu heueheu pantesan selama ini gw nggak bisa bertahan lama ya…
Aduh, badan gw remuk redam niy…baru kali ini selama dan setahan ini…tapi gw senenggg dehhhh…minggu depan lagi ahhhh….

Latong  : Bener ya, minggu depan ketemuan lagi…jangan absen2 dong jadwal berenangnya, biar gaya kupu-kupu loe makin bener…
Napasnya tuh terutama dibenerin, dikeluarin pas loe di dalem air dan di luar tinggal narik napas doang…jadi nggak gampang capek…
Pinko    : Syiippppp…ampe ktemu bernang lagi rabu depan yaaaaaaaaaaa…

Tuesday, June 12

MPEK-MPEK KULIT

(Senin, 11 Juni 2007)

Bangun siang ini (heh???siangggg???) terasa berat. Aku memandang kardus dengan setumpuk paket oleh-oleh dari kota 'wong kito galo' yang aku bawa 3 hari yang lalu. Aduuuuh, menggoreng mpek-mpek itu terasa 3 kali lebih berat dari ujian thesis S3 (idiih, padahal S2 saja aku belum). Kenapa juga aku memilih mpek-mpek kulit yang harus digoreng segala, ya!? Yang terpikir saat membelinya memang karena yang jenis itu jarang kutemui di ibukota. Apalagi mpek-mpek Lenny dengan spesialisasi mpek-mpek kulitnya itu lagi happening di Palembang, pastinya aku membawa sesuatu yang istimewa untuk teman-teman di Jakarta. Jadilah untuk setiap paketnya aku pilihkan sebagian mpek-mpek kulit dengan porsi yang lebih banyak dari jenis mpek-mpek lainnya. Mau bawa oleh-oleh aja perfeksionis sih pengen dikenang segala, jadilah semua keribetan ini menghampiri dengan sempurna. Mana aku sudah janji akan membagi-bagikannya hari ini, lagi. Janji adalah janji. Coz I'm a word person. Seperti lirik lagu pembuka acara News.com di Metrotv, janji sini janji sana asal bijaksana. Heh? Masak janji bawa mpek-mpek aja nggak bijaksana???? Tinggal di goreng,Pinky....tinggal digorengggg!!!! teriak suara hati kecilku.

Ampun, rasa malas menggoreng mpek-mpek ini menghantam keras karena otakku sudah aku brainwash sendiri bahwa aku tak bisa memasak. Dan dunia ini toh juga memaklumi hal itu. Tidak seorang pun protes kalo perempuan kota tak bisa memasak. Tapi semua menganga heran kalo masih ada perempuan kota yang tidak bisa menyetir. (Dan aku tidak bisa dua-duanya?????hiks)

Sekilas aku melihat jam dinding...setengah 12???? masih harus ke bank, anter 2 bungkus besar mpek-mpek ke kantor yang satu di Ratu Plaza, anter 1 bungkus utk teman yang berulangtahun, anter 3 bungkus ke kantor kedua di Menara Thamrin, submit pekerjaan dari luar kota di kantor kedua yang lumayan banyak….aku pun langsung menyambar berbungkus-bungkus paket mpek-mpek itu. Whatever will be, will be…(by Renaldi, di salahsatu film –bokep-Indonesia jadulnya heuhehue)…

Ibu kos dengan senang hati membantu utk mengontrol gorenganku, tapi tidak senang hati membagi minyak gorengnya. (Menurut loe, Pinkkk? Semua koran dan tv sedang membahas harga minyak goreng gitu lohhh????)

Bungkus pertama. Aku menatap tajam ke kertas selipan Petunjuk Khusus Menggoreng dari ci Lenny, penjualnya. Ini mpek-mpek istimewa dengan cara memasak yang tidak boleh salah, kecuali kalo rela makan mpek-mpek kulit rasa karet. (By the way, di bandara tidak seorangpun terlihat membawa mpek-mpek Lenny…melainkan mpek-mpek Vico, Candy, Ahmad, Pak Toha, dan sederet nama lain yang semuanya mengaku istimewa…apakah mereka lebih direpotkan oleh mpek-mpeknya daripada aku?) Hwahhhh, memasak biasa aja butuh pengerahan seluruh energiku, ini harus memasak dengan cara khusus???? Akupun menggoreng dengan meminta dukungan semesta. Ibu kos melirik-lirik dari ruang tv yang tidak jauh dari dapur sambil senyam senyum. HP berdering pun tak ku gubris karena ini adalah meeting super duper extra penting antara aku dan mpek-mpek kulit ku. Ini pun baru sesi ‘ice breaking’ that hard to break, hellppppp…..

Suara ibu kos yang akhirnya ikut membantu, akhirnya juga bisa membuat aku bernafas normal,” Segini udah mateng nih, Pink,”……bfffwuahhhhh….rasanya kayak baru muncul di permukaan air setelah 1 menit nahan nafas maen lama-lamaan menyelam di kolam renang.

Bungkus kedua. Ibu kos masih dengan baik hati melibatkan diri.

Bungkus ketiga. Sang maestro urusan dapur masih tetap terlibat. Tapi kali ini kok rasanya lebih ke pengontrolan pemakaian minyak goreng. Gue beliin 2 botol baru deeeeeehhhh, teriakku dalam hati. Kalo saja bukan karena kemahirannya membolak-balikkan mpek-mpek itu….ughhhh…

Bungkus keempat. Sang owner dari minyak goreng (dan dapur ini, tentu saja) hanya tinggal mengawasi, aku sudah bisa bolak-balik gundukan-gundukan tepung ini sendiri. Masih kaku, tapi setidaknya mereka tidak cerewet untuk dibolak-balik.

Bungkus kelima. Hmmm, mulai terbiasa. Ibu kos sudah sibuk sendiri di ruang tv. Entah karena sudah percaya pada kemampuanku, atau sudah berasa ACDC-Aduhhh, Cape Duehhhhh, Cingggg. Culik dikit nambah minyak goreng, ahhhh. Heuheuehue. Wow…look, I can cook. It’s fun actually, pikirku sambil menyeka keringat di seluruh wajahku yang segede-gede dosa (dosanya siapa?) slash yang sedahsyat kepelitan ibu kos (tapi akhirnya selintas terpikirkan olehku kalo bisa jadi itulah ibu rumah tangga yang pandai berhemat) slash yang sespektakuler rasa malasku di awal bangun tidur.

Bungkus-bungkus berikutnya aku sudah merasa seperti koki-koki handal di tv…..

Alrighttttt….Bungkus ke delapan. It’s a wrap. Hihihihi…aku cengengesan sendiri membayangkan aku bisa memasak. Dua bungkus lebihnya untuk dibagi-bagi di kos dan diri sendiri. Kan harus kasih hadiah untuk diri sendiri. Hi, my future husband wherever you are, you’re lucky!!!! (Berlebihannn…hehe)

Aku merapikan 8 bungkus mpek-mpek kulit dengan aroma luar biasa dan warna kuning menggoda itu bersama dengan teman-temannya dari jenis yang berbeda di setiap paketnya. Siap diantar ke berbagai ‘spot’ yang sudah dijanjikan. Kepuasan tidak terkira mengaliri seluruh rongga dadaku. Kepuasan karena ternyata aku bisa. Dan terbukti dari erangan-erangan nikmat keluar dari mulut beberapa penghuni kos yang sudah mulai menyerbu 1 paket hasil memasakku. (Hei, tentu saja mengerang, karena kepedesan bumbunya.)

TERNYATA BENAR, Lebih mudah untuk mulai melakukan sesuatu untuk bisa merasakan sesuatu, daripada harus merasakan sesuatu dulu untuk mau mulai melakukan sesuatu.
(Psikolog Harvard Jerome Bruner,”Lebih mudah bertindak sebelum merasakan sesuatu, dibanding merasakan sesuatu untuk bertindak.” )

That simple!!!

Saturday, April 28

PROYEK MERCUSUAR

P1 : Hmmm…pacarannya berasa udah lama nggak sehat. Gue mati rasa dan dia berlebihan. Jadi baru hari ini tadi gw putusin. Sedih….

PINKO : Sedih??? Sedih ato lega?

P1 : Lega juga sih….

PINKO : Banyakan leganya kan?

P1 : Iya sih, hauahuahuahauahuahua

PINKO : Dasar, ga usah sok ngomong sedihnya duluan dong…

P1 : Hauahuahauhauahau

PINKO : Gila ya, but you two seem so perfect together. Ganteng dan ganteng, gaya dan gaya, baek dan baek, dia romantis lu cuek. Dia rapi dan lu asal. Dia teratur sedangkan lu harus di atur. Dan kalian ga pernah berantem. So, God damn why??????

P1 : …..

O : Itu mungkin namanya Proyek Mercusuar Pink.

P1 : …..

PINKO : Hah? Ohh? Ohh…ya?? wow, waduh...ok….I know then. Damned! Dan itu yang bikin kita gak pernah ngerti napa (what we see or we think as) perfect couples bisa tiba-tiba bubyarrrr.

O : Dan mungkin bisa bikin kita juga ga sirik. Karena begitu mulai sirik ama yang terlihat perfect, we never know…bisa jadi, cuma PROYEK MERCUSUAR! Yang satu selingkuh…yang satunya udah pasrah. Atau dua-duanya asas manfaat. Atau based on whatever other reason that we don't know Hehe…

PINKO : Wowwwww…hmmm….kok tiba-tiba ngarep beberapa orang memang bener-bener cuma proyek mercusuar ya? hauahuahauhauahuah n i don't know why, somehow i believe they are....

O : Hauahuahuahauahuahua, DASAR.

P1 : Hauahuahauhauauahua, SILENT BITCH.

BRUTALITY BONUS (TWO WAY MONOLOGUES)

Gw takut ama lu. Lu terlihat yakin saat masuk dan ambil tempat duduk dengan meluk laptop lu yang gw yakin di balik bungkusnya adalah Mac. Dan gw rasa gw tau tipe lu dari pilihan laptop lu. Lu lebih senang memilih sesuatu yang long lasting. Waktu itu lu jalan dengan fokus. Benar-benar datang dengan udah tahu mo duduk di mana dan dengan tujuan hanya mau nonton live music, nyanyi-nyanyi, bersenang-senang dengan teman-teman lu, that’s all. And the way you dress, I like it. You’re simple. That’s sexy. Dan gw berfantasi tentang lu. Tapi gw juga berpikir, ngehe nih cewek…..napa dia bikin gw takut ama dia. Beneran lu bikin gw takut.

-----hmmmm…bla bli bluuuu-----

I do think you’re sexy…I wanna make love with you...and you?

-----ohhhh…brak bruk braaaak-----

You seem like a sex lover, so why not?

-----hhhhhhh….blah bleh blaaaaah-----

Gue punya masalah dengan relationship….gue selalu suka dengan perempuan menikah. Entah, tantangan aja. Lagian, posisi gue aman dan dia aman. We were great sex partner. Terakhir gw berhubungan dengan dia 6 bulan lalu. Entah kenapa hari ini dia tiba-tiba hubungi gw lagi. Baru tadi gw bales sms-nya.

-----eeeeee….bas bis buuuusss-----

I do really wanna make love with you, how good are you?

-----aaaa…..eng ing enggggg-----

I’m summa cum laude in sex. Just name it: Japan, Canada, USA, Jerman, France style, etc. You?

-----grrhhhhhh….teng teng teng-----

I believe it if you said you’re summa cum laude, too. I don’t know. From your gesture maybe. So, you’re summa cum laude, damned….

-----huhuyyyyy….bak buk bak buk-----

But sex is communication. I never push people. Kalo lu ga nyaman dengan gw ngomong gini, lu boleh menghindar dan menghilang. Gue dah biasa kok. I just speak up my mind that you’re in my fantasy. Lu bikin gw berfantasi.

-----uhhhhh….ting…ting…tingggg-----

Damned, I wish I met you 4 years ago. Terakhir 4 tahun lalu? Pasti lu disakitin banget ya. Perempuan napa sih suka trautamic begitu? Kalo laki-laki, dia gak traumatic, tapi biasanya dia suka mengganggap YANG TERAKHIR pasti lebih baik dari YANG DIA JALANI SEKARANG. Dan itu suka bikin dia menyesal but he can deal with it.

-----ehmmmm….gedubrak…gedebuggg…blah bleh-----

Lu cantik! Beneran lu cantik, gue suka ama lu. Tapi, kenapa selama ini gw suka sama perempuan-perempuan bersuami ya? Mungkin kalo gw mencoba sama yang single kayak lu, gw bisa menikah. Tapi belum kepikiran ama gw. You really don’t wanna make love with me?

-----krompyangggg….pletakkkkkk-----

Ok, ok…ini terakhir…tipe cowok lu yang gimana?

-----sat setttttttt….sat sat setttttt-----

Hmmm…You’re trembling….. why?

-----(KARENAAAAA...SELAIN) KALO MINUM KOPI KEBANYAKAN GW EMANG TREMBLING… (INI PERTEMUAN PERTAMA!!!!! MENURUT LOEEEEEEEE?????????) WHAT A BRUTALITY BONUS FROM A FRIENDLY FIRST SMILE AND HELLO! -----